Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Harapku

Aku termakan sendiri oleh perasaanku dimana aku pada saat itu aku lebih memilih tidak memiliki hati daripada harus tersakiti. aku mendapati diriku lagi-lagi terabaikan. Tak lain tak bukan adalah aku hanya tidak menaruh hati pada siapa-siapa lagi. Sakit rasanya ketika aku menaruh hati pada seseorang tapi orang tersebut enggan memilih hatimu tuk di lindungi. Perih yang terasa ketika orang tersebut lebih memilih mengabaikanmu daripada mempedulikanmu seperti apa aku padanya. Pernah terlintas untuk berhenti memiliki perasan ini, tapi nihil hati ini tak sekuat kehendak Tuhanku, dan tak akan pernah begitu. Pernah terpikir untuk tidak lagi mau mendekatinya atau dengan kata lain mulai menjaga jarak darinya, tapi hati ini masih saja selalu ingin ada di dekatnya meski sakit. Entah ini tulus atau bodoh, hati ini sendiri tak mampu menerjemaahkan perih yang di peroleh darimu berupa pengabaian yang pahit. Namun otakku masih berjalan dengan sehatnya yang mengetahui bahwa ikni adalah “bodoh”

Paksaan Do'aku

Tengil memang, nyinyir emang, terlalu banyak bacotku terhadap Dia memang. Aku selalu meminta-Nya mengabulkan do’aku dalam setiap hadapku pada-Nya Terlihat sangat-sangat memaksa ketika aku selalu merapal namamu dalam setiap sembah sujudku kepada-Nya. Meski pernah bahkan sering air pipi mengaliri pipi ketika aku terbawa dalam khayal dan angan tentangmu, tapi tak perlulah engkau tau beberapa banyak itu. Meski aku berbicara lembut pada Tuhanku, tetap saja Ia tau bahwa hatiku sedang berteriak Aku selalu dan selalu merapal namamu dalam setiap Do’aku, dan lagi-lagi kalimat itu, aku hanya mampu berharap agar Tuhan tidak bosan dan jenuh mendengarnya. Terkadang aku berkehendak seolah-olah Tuhan tidak berbaik hati dengan adanya kata-kata “berbaik hatilah” padahal aku tau apa yang ku miliki selama ini sudah lebih dari cukup. Misalnya saja “Dia memberiku kebahagiaan hanya dengan memberitaumu cara bernafas” Lihatlah do’aku di kalimat terakhir, itu seperti memak