Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

ramaiku, sepiku

Gambar
selisik keramaian menikam tanpa nyata kalbuku mulai melemah dari sekian banyaknya sukma yang pernah merintih dahulu singgahu ranting-ranting jiwaku yang sepi mulai ia menari-nari bersama lingkaran kabut asap tentang kehidupan sejenak terasa , lalu hilang meninggalkan ku di tengah reruntuhan dedaunan sisa keramaian mendesak hatiku tuk semakin ngilu aku terdiam sudah ramaiku telah terbang dengan saya patahnya dan mendarat di sebuah dataran asing sungguh semua telah mengajariku tuk diam

fantasi keramaianku

Gambar
nafasku terasa sesak memompa tawa yang bukan miliku perih mengalir di sela-sela urat nadiku telah ku baca semua yang ada mantra-mantra polos tidak lain hanyalah untuk membendung segala prahara atas nama nestapa jiwa aku mulai menggigil beku di atas sunyi dan terlihat sesuatu yang membayang itu siluet , seperti keramaian, seperti nyata ku tebas tiraiku dan  ternyata ku salah itu hanya halusinasi belaka hanya fantasi yang mencabuk jiwaku mulai menjelma menjadi raga yang kuat memang bukan aku dan merasa seperti itulah aku mulai merasa termunafiki  bukan oleh siapa-siapa kecuali diri sendiri Tuhan, katakan padaku bagaimana  caraku untuk dapat mengartikan semua ini ?

Waktunya pulang

Gambar
telah mulai langkahku goyah telah lunglai tubuhku sudah telah menetes air mataku miris masih aku anggap itu mimpi aku lelah berjalan tanpa arah bak musafir yang kehausan mencari pelepas dahaga tertindas oleh kehidupan kunjung terus prahara menghujam nestapa jiwa masih belum bosan menghampiri namun hati ini berkeyakinan teguh tuhan mengujiku ketika aku merasa telah mulai lemah Tuhan memberiku cobaan terus agar aku tetap kuat bukan ia menindasku tapi menambah kekuatanku meski terkadang penuh linangan air mata meski kadang bercucuran keringat dingin tapi itu membuatku sadar hidup hanya seputar berdoa, dan usaha lalu menuggu apa yang akan terjadi ketika aku terjatuh, aku bangkit lagi ketika aku menagis, ku seka dengan dengan jemariku tangan ku sendiri hidup mengajarkanku arti kemandirian semua takkan sirna hingga hidup itu sendiri berakhir hingga Tuhan berkata padaku "pulanglah ! sudah waktunya" By : Litha Raeska Rafiu

bahasa sepi

Gambar
puisiku cabik di atas kertas berwarna ragaku mati dari keadaan yang tak terhargai jiwaku hilang di pecundangi dunia diriku tenggelam dalam cengkraman dunia namun hatiku ? masih bertahan dalam kepakan sayap-sayap rapuh mencoba mengikuti jejak-jejak yang pernah ada namun jiwaku berkata lain aku sepi di tengah keramaian dunia terlihat samar memang tapi itu adanya yang mampu ku tangkap masih belum bisa aku ikuti cahaya hati tak mampu ku mengiringi hidup seperti yang diinginkan ku telah mati ku telah tinggalkan hidupku dahulu beribu bahasa sepi telah tercipta sungguh ku terpenjara dalam lingkaran sepi By : Litha Raeska Rafius

puisiku, sepiku

Gambar
jujur saja.. masih sulit bagiku untuk menerima kenyataan ini kenyataan yang menunjukan bahwa aku sendiri melodi yang melagu, tetap sunyi tanpa suara kering.. terbawa benalu yang parasit mengungkap tabir sepi gersang rasanya.. ketika orang-orang sekelilingku tertawa  gurih aku malah menyanyikan tembang bertemakan sunyi sekejap serasa seperti di tertawakan oleh dunia menyebalkan sekali.. ketika ku tau hidupku memang sepi sehingga yang tercipta-pun hanya kumpulan larik-larik yang tersusun menjadi puisi berbentuk sepi By : Litha Raeska Rafius

pada-Mu Tuhanku

Gambar
aku tersentak koyak oleh gemetar petir dalam sanubariku tersapu gendang telingaku oleh gelegar guntur dalam benakku yang menerawang "itu rindu" kataku "pada tuhanku" gumamku lama rasanya aku telah jauh dari-Nya angin riuh itu mulai menerobos pori-pori kulitku terserap oleh putih pucat tulangku seperti basi bercendawan aku terseok mengelilingi kehidupan aku pasrah bila harus berakhir dalam cakar-Mu terhenti aku di sudut bujur kehidupan ujung-ujungnya aku harus menghadap-Mu jua maka ku terima  bila ku harus mati dalam cengkraman-Mu baik itu lembut, keras, maupun sangat keras By : Litha Raeska Rafius

Lagi !

Gambar
lagi ! tertoreh semua tentangmu larik yang tak pernah kering menaburkan kata untukmu puisi yang tak pernah hangus terbakar oleh kerinduan tentangmu Lagi ! sukmaku merintih kian kemari mencari nyatamu ku kupulkan sisa-sia daya dan ku susun satu persatu terlihat seperti puzzle lagi ! ku dengar suara angin membawa oksigen yang seharusnya ku hirup malah terkelilingi oleh pesona kabut tentangmu lagi ! khayalku hanyutkanku di atas selembar kertas bercengkrama dengan kata yang berbaris menyusun suramnya ketiadaan bersamamu 1 lagi ! puisiku telah selesai dengan bertemakan nyeri By : Litha Raeska Rafius

Puisi Tentangmu

Gambar
air mataku gugur miris sementara hatiku masih asik bercengkrama dengan semua tentangmu aku mulai memerintah saraf-sarafku untuk mengambil benda bertinta itu dan membuatnya menari-nari di atas selembar kertas mengeja puisi yang tertulis tentangmu membakar seluruh kata agar hanya terbilang kata tentang-tentangmu semata tapi tetap saja semua abjad yang tersusun itu sepi sama sekali dari kenyataan bersamamu hanya larik, hanya beberapa patah kata, hanya puisi hanya sajak yang bermuara berupa rasa aku masih mengeja puisi yang tebilang tentang kau sebegitunya aku menulis ketiadaan cinta bagiku huh ! semakin jauh aku dari semua tentangmu menjadikannya sebagai tembang kesedihan tanpa sudah semakin aku lena membaca puisiku sendiri bergetar bibir ini karena tangis bahasa sepi puisiku By : Litha Raeska Rafius

selamat tinggal kenangan

Gambar
dalam sunyi aku mencari rindu yang menguasai dengan raga yang selalu mengenangmu raga yang tak pernah untuk tidak merindumu raga yang selalu ingat untuk membawamu dalam setiap do'a hingga u teriakan namamu dalam do'a tersuciku dari bawah terik mentari aku berjalan sampai diiringi hujan dingin aku terus mencari jawaban tentang kenangan yang selalu mengasai mungkinkah semua terjawab adakah semua terbalas tanpa ada rasa ingin terpecundangi lagi aku ingin lupakan semua sampai nanti hingga aku terlepas dari kuasa rindumu sampai jumpa lagi nanti ketika aku tak tqu apa-apa tentangmu lagi, selamat tinggal kepada kau by : Litha Raeska Rafius

Raga yang Tak Terhargai

Gambar
Entah bagaimana aku kelak entah bagaimana kau nanti entah bagaimana kita di masa depan apakah masih bertemu apakah masih kau ingat memori  tentang aku ? tentang kita ? yang pernah ada tawa mengisi hati yang pernah ada kebersamaa mengiringi langkah hingga tiba saat aku mulai mencintaimu kau pergi.. menjauh... meninggalkan aksu dalam kepingan tentangmu meninggalkan aku di tengah reruntuhan kebersamaan dahulu untuk apalagi diri termangu? yang seharusnya aku pergi tapi malah terjebak dalam kenangan namun hati masih menghadapmu dalam sunyi, sepi, rindu itu menari berputar-putar mengelilingiku berupa bayangan dengan suara tawa yang renyah semakin lama tarian itu semakin merapat menyempit hingga aku merasa sesak di pagut oleh kerasnya rasa rindu cinta yang tak pernah di hargai jiwa yang pernah di sia-siakan raga yang pernah terlupakan hingga tangis yang kini di undang aku masih bertahan dalam secuil kenagan dahulu dengan segengga

sehelai puisi rindu untukmu

Gambar
aku ingin menulis lagi sebuah puisi dalam larik rindu berteriak, berdalih, merapal namamu mengurungmu dalam bait-bait puisi sajak, bait, larik, puisi bersatu, tercipta untukmu bersihkan sukmaku yang berteriak koyak karena rasa tanpa ada balas rindu darimu siang jadi rindu, malam di iringi tangis sendu, mengiba, memecah sepi dengan ngerinya tanpa ada kau lagi menemani nyataku sungguh pilu, hariku sepi, langkahku goyah, nafasku sesak memompa tawa bersamamu dahulu yang kini tak lagi ada, tak lagi miliku hanya tersisa kenangan luka yang tertinggal darimu ada kau dalam khayalku ada kau dalam bayangan ada kau yang senantiasa menguasai benakku. hatiku, dan itu memagutku dengan rindu yang tak pernah tuntas pergi.. terbang.. tinggalkan aku dari kepingan kenangan cabik aku daru album memori dahulu tulikan aku dari suara tentangmu lupakan semua yang mampu mengingatmu dalam dinginnya khayal tentangmu untuk selamanya...  By : L

ibu

Gambar
ibu .. kau lelah berjalan kau tetap bejalan kau susah bergerak kau tetap bergerak kau sakit tapi kau tak penah berkata "nak ibu sakit" tak pernah kata itu terucap olehmu tapi aku tau kau lakukan itu demi anakmu bu, maaf kan aku telah pernah durhaka padamu bu, aku sadar kau telah pergi bu, tetap lah ada di hati anak mu ini karena anakmu begitu sayang padamu ibu aku begitu cinta padamu ibu aku sadar ketika kau telah tiada bu maafkan aku ibu sungguh aku nyesal bu tapi semua sudah terlamabat bu jujur aku sayang padamu bu love you ibuku By : Abdul Hamid Hakim guys , ini karya temen sekelas thata , tenang aja, di masukin kesini atas izin dari yang punya puisi koq .