Di Area Motorcross

        “hey! kenapa menjauhi aku? Padahal dulu kita berteman baik, memangnya salah kalau aku menyukaimu?” Tanya vira dengan lembut.

        "tidak, aku hanya tidak pantas untuk kau sukai! aku harap kau mengerti!” jawab rendi dengan sedikit kasar.

        “tapi kenapa? Aku merasa baik-baik saja, apa yang salah denganmu hingga aku tidak pantas menyukaimu?

        “hey! Dengar! Aku tidak menyukaimu, karena itulah kau tidak pantas menyukaiku, sekarang pergilah!”

        “baiklah, aku pergi, padahal aku hanya ingin kita tetap berteman!”

Lalu vira pergi dengan linangan air mata yang mulai jatuh, kian menjauhi rendi.

        “perasaan itu membuat orang yang aku sayang pergi, menjauhiku , aku lebih memilh tidak memiliki perasaan dari pada harus begini” kata vira dalam hati

        Ia terus melangkah menuju halte bus yang akan membawanya pulang, selama perjalanan pulang yang ada di pikirannya hanya hari-hari bersama rendi yang telah lewat, memikirkan betapa banyak senyuman yang pernah ia dapatkan, ia teringat suatu saat ketika rendi pernah menyanyikan lagu untuknya, ia segera mengambil handphone, memasang earphone, dan menghidupkan rekaman suara rendi, tanpa ia sadari, bibirnya mulai ikut bernyanyi..
“akankah kau mengingatku di kehidupan nanti

Aku yang pernah menyayangimu sepenuh hati tanpa kau sadari itu

Aku yang selalu mendapatimu tersenyum dari hati

Hanya saja aku tak pantas untukmu…”

        Begitu lagu itu selesai memandang keluar jendela dan sadar bahwa gang rumahnya sudah lewat, ia segera menstop bus, membayar ongkos dan turun, ia terpaksa berjalan menuju rumahnya.

        Setibanya di rumah ternyata tidak ada mama, tidak ada papa, hanya sendiri. Ia segera menuju kamar hingga terlelap dan akhirnya sudah tersentak lagi dan melihat jam sudah pukul 18:32.

        “sudah 3 jam aku tidur!”

        Ia segera mandi, dan keluar kamar, ia mendapati dirinya merasa lapar, dan segera menuju dapur untuk menyajikan makanan untuk dirinya sendiri.
*** 

        Setelah vira makan, ia duduk di halaman rumah, dan mulai bernyanyi lagi
“akankah kau akan mengingatku di kehidupan nanti

Aku yang pernah menyayangimu sepenuh hati tanpa kau sadari itu

Aku yang selalu mendapatimu tersenyum

Hanya saja aku tak pantas untukmu…”

        hingga terdengar ada sebuah keramaian berupa bunyi gas motor. vira segera mengambil tasnya dan pergi untuk mencari hiburan, namun yang ditemuinya adalah rendi. Ia melihat rendi sedang bersiap di garis start, ia mulai mendengar sebuah aba-aba.

        “1…2…3!”

         Seketika rendi melesat dengan kecepatan tinggi dengan lawan yang lain, namun sialnya, rendi mendapati vira sedang berdiri tidak jauh darinya hingga ia terjatuh dengan keras,vira segera menghampiri rendi dan membantunya berdiri serta mendudukannya.

        “sini, biar aku bantu” ujar vira

        “tidak usah! Apa pedulimu?!”

         Kembali mata vira berlinangan air mata, lalu vira bangkit dan mulai melangkah pergi, tapi, baru saja selangkah vira pergi, rendi menggenggam tangan vira dari belakang.

        “tolong bantu aku!” kata rendi

        “apa peduliku?”

        “baiklah, kamu peduli vira, aku udah nyia-nyiain kamu, kamu peduli”

Vira mengeluarkan betadine yang ada di tasnya dan memulai mengobati rendi, sejenak rendi menatap vira.

        “aku tidak salah menyukaimu vir, hanya saja aku yang tidak pantas untuk kamu sukai”

        “maksudmu?

        “lihat aku! Brandal! Balapan, membahayakan diri sendiri, membahayakan masa depanku sendiri!”

        “aku sudah tau semuanya, aku pernah melihatmu pukul 01:00, aku baru pulang dari rumah sakit dan lewat di depan rumahmu, aku melihatmu dengan berpakaian seperti ini, Aku hanya menyukai dan menyayangimu apa adanya”

        “bagaimana bisa kau menyukaiku yang tak punya masa depan?”

        “kamu salah, kamu punya masa depan, hanya saja belum ada yang mendukungmu termasuk orang tuamu”

        “kamu benar vira, Tepat sekali, lalu bagaimana bisa..?”

        “aku menyayangimu bukan karena siapa dirimu, tapi karena apa yang terjadi padaku saat di dekatmu! Itu saja” sela vira sebelum rendi menghabiskan pembicaraannya.

        “vir, aku juga menyukaimu, ini alasan mengapa aku tidak mau kau suka padaku, aku brandal”

        “sebelum ini terjadi, kamu adalah orang yang bisa membuatku tersenyum”

        “vir, jadilah orang yang peduli dan mendukungku”

        “maksudmu?”

        “jadilah pacarku!”


By : Litha Raeska Rafius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah kritik dan esai

Review Jusz Spray

Sayap-Sayap Patah (Kahlil Gibran)