Lemahku, Tangisku

Berharap indah di akhir cerita tapi hanya sebuah kepastian yang lumayan tidak membahagiakan yang ku dapat, jika ada kata “lumayan” berarti ada sisi lain yang berlawanan , yaa… setidak-tidaknya aku masih memiliki arti dalam hidupnya, meskipun tak sedalam yang ku rasa dan ku harapkan

Aku bukanlah orang yang sanggup melawan perasaan, tapi aku mencoba melawannya karena aku malu pada umurku sendiri yang bisa terbilang dewasa, meskipun terkadang aku masih bertingkah seperti anak-anak, tapi umurku sudah menunjukkan bahwa seharusnya aku bisa bersikap lebih dewasa lagi.

Aku mencoba untuk tidak meneteskan air mata di depanmu, aku menahannya tapi mungkin kau mengetahuinya karena aku menggenggam sebilah tisu dan mengambilnya berulang-ulang.

Aku tidak mau memperlihatkan diriku menangis, dalam artian jika aku menangis artinya aku sakit, dan aku tidak mau ada orang yang tau bahwa aku sakit, terutama memperlihatkan siapa yang menyakitiku.

bukan merasa takut kehilangan di kemudian hari, tapi aku telah merasakannya, jadi di kemudian hari , aku tidak perlu menakutkan akan ada kehilangan dirimu lagi.

Mungkin aku masih lemah dalam hal seperti ini, hal sepele ini masih mampu membuatku meneteskan air mata yang seharusnya tidak terjadi pada umurku yang telah bisa di katakan dewasa, hanya saja aku mengakui kekalahanku dengan hal seperti ini, hari ini.

Jadi..
haruskan aku mengganggu Tuhan lagi untuk meminta agar Ia dapat membuatku tersenyum apapun yang terjadi dan ku rasakan ?


by : Litha Raeska Rafius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah kritik dan esai

Review Jusz Spray

Sayap-Sayap Patah (Kahlil Gibran)