Bayangmu

Malam hari, aku mengelilingi tempat yang ku tinggali sambil membayangkan bahwa aku berjalan di sampingmu, namun yang ku dapati hanya kehampaan yang bukan kau.

Aku kembali menuju ruangan yang ku tiduri setiap malam, aku melangkah dan masih sendiri, aku merasa di ikuti, seperti derap langkah tapi bukan gema telapak kakiku , aku hafal betul derap langkahmu yang berjalan tegas, terdengar seperti itu, lalu aku berhenti sejenak, aku tebas langkahku dan membalik melihat ke belakangku, tapi bukan kau yang ku temui, masih kehampaan.

Hanya bayangan-bayangan kesakitanku yang selalu menutup hati dan berharap kau datang, aku menurunkan kelopak mataku, menghirup udara yang tak segar sejenak dan membuangnya, terasa air mata telah menumpuk, aku kembali menaikan kelopak mataku dan berbalik lalu melanjutkan langkah menuju ruangan yang akan aku tuju sebelumnya.

Aku duduk di sudut ruangan dengan 2 benda yang bernama pena dan kertas, aku mulai merangkai kata tanpa nada, dengan kata lain bukan nyanyian, hanya puisi. Begitu mengalir menuntun benda itu menari-nari di atas kertas.

Mungkin ini rindu, lama sudah tidak bertemu, lama sudah tidak tertawa bersamamu semenjak tawa terakhir yang kudapat darimu.

Jika di hitung-hitung, entah telah berapa halaman yang ku habiskan hanya untuk mengutarakan isi hati, namun aku adalah apa yang tak pernah kau baca.

Kau selalu melihat yang jauh disana.

By : Litha Raeska Rafius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah kritik dan esai

Review Jusz Spray

Sayap-Sayap Patah (Kahlil Gibran)