Hati yang Berlindung Pada Jiwa yang Tak Peduli

Berharap ia tak mengecewakan hati orang yang berlindung kepadanya, namun nihil, aku terusir !
Di tengah tangis, hati dan jiwa ini ada bersamanya tak sekedar kerikil ternyata, namun tajam juga yang menjadikan piluku makin tersayat.
Aku benci perasaan dingin ini, yang mana hati mau menyayangi, namun benakku sama sekali menolak.
Yang saat ini ku lawan adalah hatiku sendiri
Ketika perasaanku menghampiri ia yang tak peduli, hati ini berduka namun masih bersyukur masih ada perasaan.
Perasaan ini bodoh seperti maj’nun, dia hanya bisa gigil membeku bersama perasaannya dalam tulisan yang bisa menjadikannya bebas untuk mengungkapkan isi dari hatinya.
Jika ku hilang nanti, jangan Tanya kemana aku, tanyakan pada hatimu “pentingkah aku buatmu?”
Jika kau temukan jawabannya kau akan mengetahui apa yang harus kau lakukan.
Jika aku mati mendahuluimu, jangan pernah berduka, karena aku buaknlah orang yang kau lindungi hatinya meski aku berharap.
Aku sudah sedia payung sebelum hujan, sedia darah sebelum pecah, sudah siap tersakiti sebelum menyayangi.
Berjanjilah kau akan bahagia.

By : Litha Raeska Rafius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah kritik dan esai

Review Jusz Spray

Sayap-Sayap Patah (Kahlil Gibran)