Hadiahi Aku Waktumu

Aku tak pernah merasa seingin ini untuk di hadiahi.

Dalam keinginan ku untuk di hadiahi, terselip keinginan lain. Aku ingin waktumu. Yaa.. Waktumu. Hadiahi aku waktumu. Waktu yang kau hadiahi untukku untuk kau habiskan. Bersamaku. Menjadi tak terlupa, terkenang, jauh... Di lubuk hatimu yang tersisa seperti kubu.

Tidak.. Aku tidak yakin, meski seluas apapun hatimu, aku tidak yakin kau akan menyisakan sedikit saja untukku, sedikit untuk menyimpan tentang apa yang pernah kau habiskan bersamaku, untukku. Aku tidak yakin. Bahkan mungkin aku yang akan melakukannya. Bahkan jika raga ini kembali hanya tinggal nama, perasaan ini pasti adalah satu2nya yang nyata yang pernah ada. Yang ikut bersamaku sedangkan nama ku tertinggal di jasad dan di batu yang di posisikan sedikit di atas kepala ku di tumpukan tanaah nanti.  yang entah akan di kenang oleh insan atau tidak.

Rindu itu tak pernah seperih ini. Bahkan untuk dunia yang gila ini, rindu adalah sebuah pilihan yang paling…paling tidak masuk akal. Sebenarnya bukan pilihan, tapi ia hadir sendiri tanpa di pilih. Kadang meski tak terluka, aku dapat merasakan sakit, perih.. Hanya karena rindu yang tak pernah sedikitpun berbalik padaku.

Dan pada saat yang sama, Indra penglihatan ini mulai berkaca2 entah siapa yang memintanya menjadi seperti itu, seolah2 menyimpan pecahan2 bohlam di dalamnya. Seteguk hadiah waktu mungkin dapat menarik kembali pecahan bohlam itu.


entah kapan.. Hingga saat kau menemuiku? Ketika itu mungkin yang tersisa hanya jiwa yang melayang2, raganya akan berubah... Hanya akan ada jasad saat itu terbujur kaku.

by : Litha Raeska Rafius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah kritik dan esai

Review Jusz Spray

Sayap-Sayap Patah (Kahlil Gibran)