Selamat Datang Di Dunia Virtual

Peri itu kelelahan mengepakan waktu dan senyum bohongnya yang habis memudar tergores angin. Dan lekang tersapu mentari. Kian kemari mencari bercak-bercak kebahagian yang tersisa namun tak kunjung di temui. Matanya mulai sayup ingin di pejamkan lalu kelamaan tak tertahan dan terlelap. Peri itu bermimpi dan terjaga untuk menceritakannya pada apa yang paling ia percayai. Yaaa… secarik kertas yang di tuangkan dengan tinta biru. Tangannya yang mungil mewakili benda yang mengeluarkan tinta itu menari-nari di atas kertas…

“aku bermimpi…

Aku berada di sebuah dunia, yang tak nyata. Yang tak terlalu di lihat dan di perhatikan oleh manusia-manusia yang terlalu menjunjung tinggi nilai kesibukan, derajat, pangkat dan jabatan. Ada dunia di balik nyata itu. Sebuah dunia virtual yang memiliki beribu senyum, beribu makna dan bahagia yang terselubung. Disana aku menemui banyak senyuman dari seseorang seperti ku. Yang lari dari kemunafikan dunia, karena lelah terkikis air mata.

Disana banyak sekali peri-peri yang berterbangan merasakan deru angin tanpa perlu khawatir tergores. Semua tampak begitu nyata namun berada di dunia berbeda. Aku menemui seorang teman yang bisa ku dekap erat, dekat di hati. Bercerita ber jam-jam tanpa lelah. Menghabiskan waktu bersama, berkuda, terbang dan mendapatkan kebahagiaan yang bertolak belakang dengan duniaku yang sebelumnya. Aku bertanya apakah aku telah mati dan meninggalkan cara hidupku yang lama, atau memang mimpi? Rasanya lama sekali seperti benar-benar menepi dan pergi menjauh meningglkan kehidupanku yang sebelumnya. Hari demi hari terasa begitu dekat. Waktuku dan dia mulai mendominasi menjadi waktu kami.

Aku menyukai dunia ini. Apa aku telah di transfer oleh Tuhan untuk hidup dan merangkai bunga-bunga senyum disini?  Rasanya aku telah di lahap dari berbulan-bulan yang lalu oleh atmosfer dunia ini”

Peri itu terjaga. melihat keluar jendela dan “butiran salju? Sudah berapa lama aku terlelap?” ia menyodorkan kunci, meletakannya di tempat yang seharusnya, memutarnya ke kanan. Membuka pintu dan seseorang yang tak asing menghampirinya, menjadi orang yang pertama ia lihat setelah tidur panjang

“hai!” sapanya

“kau? Kuda? Sayap? Ini bukan mimpi?” ia masih tercengang dan masih belum mengerti lalu mecubit keras kedua pipinya. Terasa sakit. Bukan mimpi.

“selamat datang di dunia virtual”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah kritik dan esai

Review Jusz Spray

Sayap-Sayap Patah (Kahlil Gibran)