Rindu Tanpa Ampun

Subuh pun dekat, anginnya yang tak asing menampar pipiku dan membelai rambut ku yang sepinggang. Aku belum terlelap. Sedetik pun belum, hanya memejamkan mata namun tak kunjung pergi dari diri, jiwa dan hati yang terjaga.

Entahlah ~

Kau adalah rindu tanpa ampun. Yang selalu menerpa hari-hari yang teduh. Yang menuntutku tuk mendekap erat namamu dalam doa.

Aku tau kau telah disini, disiku. Hanya saja kau berada di bagian lain dari sisi dunia dimana yang ada disana adalah bukan aku. Dan jarak pun enggan memangkas dirinya untuk pertemuan kita.

Aku ingat bagaimana pertemuan terakhir kita malam itu. Ku pikir aku yang akan melihat keretamu berangkat, tapi malah sebaliknya. Kau yang menatapi punggungku pergi menjauhi stasiun. Entah pertemuan macam apa itu. Mungkin karena itu rindu ini hadir begitu perih. Seolah ingin memaksa waktu untuk mempertemukan kita memperbaiki apa yang terjadi di hari terakhir kita bertemu.

Tolong jadikanlah rindu ini sewajarnya saja. Jangan mendatangkan kesulitanku tuk terlelap. Aku tidak ingin memulai pagiku dengan kantong mata yang hitam.

By : Litha Raeska Rafius

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah kritik dan esai

Review Jusz Spray

Sayap-Sayap Patah (Kahlil Gibran)